top of page
Search
  • Writer's pictureAgy Belthan Davara

Pengaruh Kondisi Geografis terhadap Pembentukan Budaya disekitar Wilayah Kota Bogor

Updated: May 5, 2019



Letak Geografis

Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata.

KETINGGIAN Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m dari permukaan laut.


IKLIM Kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 26’ C dengan suhu terendah 21,8’ C dengan suhu tertinggi 30,4’ C. Kelembaban udara 70 %, Curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500 – 4000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari.


WILAYAH ADMINISTRASI

Luas Wilayah Kota bogor sebesar 11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Kemudian Secara Administratif kota Bogor terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 31 kelurahan dan 37 desa (lima diantaranya termasuk desa tertinggal yaitu desa Pamoyanan, Genteng, Balungbangjaya, Mekarwangi dan Sindangrasa), 210 dusun, 623 RW, 2.712 RT dan dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor yaitu sebagai berikut :


*Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Kec. Sukaraja

*Kabupaten Bogor.

*Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi, Kabupaten Bogor.

*Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor.

*Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin, Kabupaten Bogor.


Kota Bogor merupakan salah satu kawasan di Tatar Sunda yang kaya akan sumber daya arkeologis dari berbagai periode budaya. Peninggalan-peninggalan tersebut antara lain berasaldari masa prasejarah hingga ke periode-periode budaya berikutnya, seperti masa klasik, masa Islam, serta dari masa pengaruh Eropa

Persebaran lokasi penemuan peninggalan-peninggalan tersebut hampir tersebar di seluruh wilayah Bogor. Dari era prasejarah, tinggalan arkeologi yang sementara dapat sebagai bagian dari keprasejarahan kawasan Kota Bogor, diantaranya berasal dari tradisi budaya yang mulai tumbuh dan berkembang sejak masa bercocok tanam (Neolitik), yaitu berupa benda-benda dan bangunan yang berkaitan tradisi atau upacara yang berkaitan dengan pengagungan arwah leluhur, yaitu benda-benda dan bangunan yang termasuk dalam kelompok tradisi budaya megalitik.


Di masa lalu menurut von Heine Geldern (1945), tradisi budaya ini disimpulkan masuk dan berkembang di kawasan Nusantara sejak 3000 tahun sebelum masehi dan kemudian terus berkembang menembus kurun waktu sejarah. Oleh karena panjangnya rentang perkembangan budaya ini, sehingga kemudian disebut sebagai tradisi budaya megalitik.


Dalam sejarah perkembangan kebudayaan di Indonesia, di kawasan Bogor di masa lalu, juga pernah tercatat sebuah kerajaan kuno yang sangat mashur yang dikenal dengan sebutan “Pakwan Padjajaran”.


Banyak terdapat dikemukan para ahli tentang kerajaan ini, di antaranya ada yang menyimpulkan bahwa kota Bogor di masa lalu merupakan bagian dari pusat Pakwan Padjadjaran”. Masa klasik di Kota Bogor di masa lalu tersebut dibuktikan dengan sejumlah temuan baik berupa prasasti maupun arca-arca batu yang mewakili masa klasik yang pernah berlangsung di masa lalu.


Setelah itu, pengaruh budaya Islam dan Kolonial di kawasan Kota Bogor di masa lalu juga telah meninggalkan sejumlah tinggalan budaya materi.


ASPEK NILAI TRADISIONAL :

1. Naskah Kuno ; 2. Permainan Rakyat ; 3. Engkapan Tradisional 4. Cerita Rakyat; 5. Upacara Adat Tradisional: perkawinan, kelahiran, pertanian ; 6. Arsitektur Tradisional Ekonomi Tradisional ; pertanian / peternakan ; 7. Organisasi Kemasyarakatan; struktur desa, pimpinan tradisional, pelapisan sosial/stratifikasi sosial ; 8. Pengetahuan Flora dan Fauna ; pertanian, obat-obatan, alam sekitar, kalender ; 9. Religi; Kepercayaan masyarakat setempat ;10. Teknonologi Tradisional; alat pertanian/bercocok-tanam ; 11. Kampung Rumah Adat; 12. Pola Pemukiman ; Pola Pemukiman di Pedesaan ; 13. Perubahan Budaya : perubahan sosial budaya ; 14. Hubungan antar Budaya; akulturasi budaya.

Beberapa aspek nilai tradisi yang masih hidup di Kota Bogor yaitu :


1. Alat-alat permainan anak:

1. Mobil-mobilan dari jeruk bali 2. Kuda-kudaan dari pelepah pisang 3. Anggar dari kulit berenuk 4. Sepatu dari jantung pisang 5. Kolencer dari daun singkong 6. Paparahuan dari pelepah bambu 7. Telepon dari kaleng susu 8. Kalung dari daun singkong 9. Mahkota dari daun singkong 10. Obor dari pelepah papaya 11. Lodong 12. Bandring 13. Sumpit dari pelepah papaya 14. Bebelotokan 15. Bebedugan 16. Babalonan dari kembang wera 17. Miminyakan dari daun wera

2. Upacara Adat

1. Hotaman 2. Nyukuran 3. Ngabesan 4. Ngarukun; Ngeuyeuk seureuh 5. Nujuh Bulan 6. Tahlilan 7. Matangpuluhan 8. Natus 9. Haul 10. Mipit; sedekah di tempat /sawah 11. Ngagendeh 12. Ngarak Panganten 13. Tepak Seeng 14. Parebut Bakaka

3. Permainan Tradisional :

1. Galah Asin 2. Gatrik 3. Ucing Boy 4. Engrang 5. Oray-orayan 6. Main Panggal 7. Kasti 8. Congklak 9. Encleng 10. Hayam-hayaman 11. Ucing Sumput 12. Ucing Udag 13. Cik Cik Blug 14. Silanglang 15. Ciciputri 16. Dang dang dut 17. Ta-em-em 18. Siki Kupa 19. Suiten 20. Jepret-jepretan 21. Alung karet 22. Utik 23. Beklen 24. Enjot-enjotan 25. Kukudaan 26. Ucing Benteng 27. Gandong Buyung 28. Dampuh 29. Cicilikitikan 30. Kamarang Kamanting 31. Pluk-pluk Katipluk 32. Ja-Leu-Leu 33. Bulan Tok 34. Siki Karet 35. Ngalun 36. Kakapalan 37. Sosorodotan 38. Main Tali / Karet 39. Damdas 40. Ucang-ucang Angge

Kondisi Benda Cagar Budaya di Kota Bogor

Seperti di ketahui Kota Bogor memiliki 6 Kecamatan yaitu : Bogor Tengah, Bogor Selatan, Bogor Utara, Bogor Timur dan Kecamatan Tanah Sareal.Di dalam kaitannya kecagar budayaan masing – masing Kecamatan memiliki nilai – nilai Budaya yang berhubungan dengan latar belakang perkembangan Sejarah.Dalam hal ini secara Periodesasi aspek Kesejarahan memiliki masa-masa tertentu yaitu : Masa Prasejarah, Klasik ( Hindu, Budha ) Islam/ Kerajaan – kerajaan Islam dan masa Kolonial.Perlu di catat di sini bahwa walaupun Jepang pernah menjajah kita sekitar 1942 – 1945 dan memiliki kurun waktu lebih dari 50 ( lima puluh ) tahun untuk salah satu kriteria yang tercantum didalam Undang – undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya, namun belum ada dijumpai pengaruh nilai Budaya dari Penjajahan Jepang terhadap Benda Cagar Budaya, khususnya di Wilayah Bogor .


A. Wilayah Kecamatan Bogor Tengah

Di Wilayah ini banyak dijumpai bangunan bergaya Indis, tinggalan masa Kolonial, secara umum dampak bangunan tinggalan Belanda sepanjang Jalan Ahmad Yani, Jendral Sudirman, Ir H Juanda, Surya Kencana, Siliwangi sampai Sukasari.Selain itu di beberapa kawasan seperti Kelurahan Sempur, Babakan dan sepanjang Jalan Raya Pajajaran dari SMKN sampai Kampus IPB, Baranangsiang bangunan – bangunan bergaya Tropis Lokal, Internasional Style dan Art Deco, tampak dengan kokoh berdiri diantara bangunan – bangunan lama yang telah berubah baik Ekstrin maupun Strukturnya.


B. Wilayah Bogor Selatan

Berbeda dengan Wilayah Kecamatan yang banyak menampilkan bangunan bergaya Inggris, di Bogor Selatan ciri khas Tinggalan Sejarah adalah Situs – situs, Benda – benda Alam dan Kawasan yang berkaitan dengan Sejarah masa Kerajaan Sunda Pajajaran.Selain itu terdapat bangunan Rumah Tinggal paduan antara Indis dan Etnis Arab nama yang jelas di Wilayah ini, khususnya di Kelurahan Empang, Mesjid, Makam Keramat banyak di jumpai pula.


C. Wilayah Bogor Barat

Di Wilayah Kecamatan Bogor Barat, selain banyak dijumpai bangunan bergaya Indis seperti di Kecamatan Bogor Tengah, ciri khas yang menonjol adalah Bangunan Penelitian Tinggalan Belanda, antara lain Pusat Penelitian Kehutanan. Satu hal yang menarik Karya Arsitek F Silaban berupa Bangunan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (dahulu SPMA Bogor ) di jumpai di Wilayah ini yaitu di Jalan Cibalagung, Karya ini merupakan Bangunan Monumental, mengingat nama besar F Silaban sendiri, selanjutnya Bangunan ini merupakan bangunan pertama rancangan F Silaban yang terlaksana di Kecamatan Bogor Barat.


D. Kecamatan Bogor Timur

Tinggalan Kolonial berupa Bangunan – bangunan Indis, namun sangat kuat dengan ciri Art Deconya banyak dijumpai disepanjang Jalan Siliwangi. Bangunan – bangunan tersebut telah memberi cap Kota Bogor (terutama di kawasan Jalan Siliwangi – Jalan Sukasari ) sebagai Kota yang menggambarkan perjalanan Sejarah Arsitektur Barat Modern. Melalui deretan bangunan dapat disimak unsur – unsur Arsitektur Modern tersebut antara lain : Art Deco, De Stjle, Cubisme dan International Stjle.


E. Wilayah Kecamatan Bogor Utara

Kaitan dengan Sejarah Kolonial Belanda tidak terpisah dengan kehadiran Gubernur Willeim Herman Daendels dengan proyek Jalan Raya Pos, Jalan ini melintas antara penggalan Jalan Raya Bogor – Ciluar – Cibuluh sampai masuk Ir. H Juanda, Suryakencana, Sukasari sampai menuju arah Puncak – Cianjur. Di dekat Komplek Brimob, terdapat Jembatan buatan Belanda yang masih tampak sisa – sisanya berupa lengkungan bata merah yang masih tampak dan pilar tepi jembatan.Selanjutnya di Wilayah ini terdapat Situs Pemakaman Embah R. Kan’an, Pabrik Tapioka pertama di Bogor ( Pabrik Tapioka Setia ) dan sebuah bangunan Monumental di Kedung Badak yaitu Gardu Listrik PJKA yang kini digunakan Gudang Pustalasi PLN.


F. Wilayah Kecamatan Tanah Sareal

Tanah Sareal adalah berdiri saat pengembangan perluasan Kota Bogor secara Administrasi namanya masih Tanah Sareal.Di Wilayah ini terdapat Situs Embah Khaer ( dekat Komplek Dinas Kesehatan Kota Bogor ) banyak di jumpai Bangunan Bergaya Indis dan yang menarik adalah Komplek Rumah Potong Hewan yang kaya dengan corak dan bentuk Bangunan Indis pula .



Sumber

- https://insyiraf.wordpress.com/2013/10/20/budaya-bogor/

34 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page